Buku Yang Tak Tertulis

*may 9
   
    Hampir dua tahun aku berada pada ruang kosong, hampir dua tahun aku bertahan dalam perasaan yang tak berujung, hampir dua tahun aku diam dalam keterpurukan, hampir dua tahun kebingungan pun menuntun ku, hampir dua tahun aku memikirkan bagaimana akhirnya, hampir dua tahun aku bertanya-tanya, hampir dua tahun aku mengabaikan orang-orang yang masuk dalam kehidupan ku dan  hampir dua tahun aku berada dalam kebodohan itu.
   
    Banyak cara yang aku lakukan untuk tak mengingat, dan aku pun berhasil, berhasil untuk mengabaikannya. Namun Setelah itu, aku mengingatnya kembali. Apa ini akan terus berkelanjutan sampai tiga atau lima tahun yang akan datang ? aku mencoba untuk menjadi pendengar yang baik, mendengar semua kisah yang pernah diceritakan kepadaku. cerita berbagai pengalaman yang pernah mereka lalui. aku pikir semua itu akan bermanfaat karna dapat mengolah hidup ku.
   
    Seperti daun kering yang ingin menjadi hijau kembali, namun apa daya tinggal menunggu waktu ia pasti akan rapuh dan digantikan oleh daun-daun yang subur, bahkan mempunyai bunga yang cantik. Daun kering biasanya berada di jalan-jalan, tergeletak diatas tanah lalu menunggu yang merapihkannya satu-persatu agar tak mengganggu pengguna jalan. setelah daun itu terkumpul, daun itu lalu dibakar dan menjadi abu. apakah Serapuh itu ? Tapi ingat ketika daun itu masih hijau bahkan saat menjadi pucuk, ia pernah menjadi bagian dari pohonnya.

“apakah yang datang akan pergi, entah beralasan atau tidak, hanya menunggu waktu yang tepat.”.

    Jendela yang terbuka lebar, awan yang gelap, dan angin yang berhembus perlahan membuatku merasakan dinginnya malam ini, namun jika ditambah dengan hujan yang turun mungkin akan tambah sempurna suasananya. Aku suka hujan, bahkan aku harap bahwa hujan akan turun setiap hari tanpa harus memikirkan datanya panas. Dengan suasana dingin dan sejuk akan menghantarkan kita pada ketenangan, pada hayalan-hayalan yang indah. Tapi semua itu tidak seperti dingin yang dimilikan  oleh-nya.

    Aku takut, takut untuk menggoreskan tinta yang aku punya pada sebuah buku kosong yang berada dilemari. Takut akan mengingat banyaknya memori yang aku lalui dan membuatku tak percaya bahwa aku pernah berada diposisi itu. Jika semua hanya bertujuan untuk menghancurkan, pantas atau tidak aku ingat kembali? Entah angin yang menghembus perlahan membawa ku memberanikan diri untuk menuliskan semuanya dan tak memikirkan bagaimana akhirnya buku ini akan menjadi kenangan atau tumpukan buku-buku yang harus dibuang.

    Aku  tidak mau melupakan semuanya dengan Cuma-cuma. Apapun yang Allah berikan, Baik ataupun buruk akan menjadi sejarah bagi hidup ku. Untuk itu aku menuliskan semunya agar tidak menjadi tumpukan buku-buku yang seharusnya dibuang.



By- Chairunisa F

Comments

Popular posts from this blog

Sedang Berada

Ga Masalah